Insomnia

Selamat Datang di dunia kami...
semoga kami dapat menemani hari panjang anda, tanpa sedetikpun tertidur... trima kasih

Rabu, 25 April 2012

KESEHATAN MENTAL DAN UJIAN NASIONAL




A.            Pendahulan
Dalam UN (Ujian Nasional) tidaklah cukup untuk merepresentasikan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik siswa secara objektif. Secara tidak langsung, sistem UN akan lebih condong untuk menghargai pelajar yang mempunyai intelektualitas yang tinggi daripada anak-anak yang mempunyai tingkat intelektualitas sedang dan rendah. Sehingga siswa yang mempunyai tingkat intelektualitas sedang dan rendah akan mengalami suatu perang batin apakah mereka cukup kompeten atau tidak. Apabila ini terus berlanjut tidak dapat dipungkiri bahwa akan banyak pelajar Indonesia pada masa mendatang yang akan mengalami penurunan mental yang selanjutnya akan menjadi salah satu pengambat dalam perkembangan pendidikan dan masalah ini sudah bisa digolongkan pada ketidakadilan dalam dunia pendidikan formal.
Dalam kiat menghadapi UN, banyak institusi pendidikan menggelar doa bersama. Ini menjadi salah satu hal penting saat menghadapi ujian nasional disamping belajar tentunya. Rasa kekhawatiran peserta ujian naisonal merupakan suatu kewajaran. Standar kelulusan yang setiap tahun semakin meningkat kerapkali membuat siswa merasa khawatir apakah ia mampu menaklukkan soal-soal dan standar yang telah ditetapkan. Namun, ketika kehawatiran ini menjadi sebuah ketakutan yang berlebihan, ini tentu saja akan mengganggu psikis dan mental siswa. Akibatnya, soal-soal yang seharusnya  mampu diselesaikan dengan mudah di sekolah, seakan menjadi soal yang tak mampu dijawab. 
B.            Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan kesehatan mental?
2.      Adakah implikasi kesehatan mental seseorang terhadap UN?
C.            Pembahasan
Menurut Daradjat (2001:9) kesehatan mental seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal Yang termasuk faktor internal antara lain: kepribadian, kondisi fisik, perkembangan dan kematangan, kondisi psikologis, keberagamaan, sikap menghadapi problema hidup, kebermaknaan hidup, dan keseimbangan dalam berfikir. Adapun yang termasuk faktor eksternal antara lain: keadaan ekonomi, budaya, dan kondisi lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pendidikan.
1.    Konsep dasar Kesehatan Mental dan Mental Sehat
Secara etimologis, Mental Hygiene berasal dari kata mental dan hygiene. Kata “mental” berasal dari kata latin “mens” atau “mentis” artinya jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat. Dalam bahasa Yunani, kata hygiene berarti ilmu kesehatan. Maka kesehatan mental merupakan bagian dari hygiene mental (ilmu kesehatan mental). Mental hygiene sering disebut pula psiko-hygiene. (Yusak Burhanuddin, 1999: 9).
Menurut Kartini Kartono (2000: 3), mental hygiene atau ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa, yang bertujuan mencegah timbulnya ganggUN/penyakit mental dan ganggUN emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan kesehatan jiwa.
Definisi di atas menunjukkan bahwa kondisi mental yang sakit pada masyarakat dapat disembuhkan apabila mengetahui terlebih dahulu hal-hal yang mempengaruhi kesehatan mental tersebut melalui pendekatanhygiene mental.
Dalam perjalanan sejarahnya, pengertian kesehatan mental dalam perspektif psikologi dapat dipahami dari definisi-definisi berikut :
a.    Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa (neurosis dan psikosis).
b.    Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup. Pengertian ini lebih luas dan umum, karena telah dihubungkan dengan kehidupan sosial secara menyeluruh. Dengan kemampuan penyesuaian diri, diharapkan akan menimbulkan ketentraman dan kebahagiaan hidup.
c.    Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk mengatasi problem yang biasa terjadi, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).
d.    Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi, bakat dan pembawaan semaksimal mungkin, sehingga membawa kebahagiaan diri dan orang lain, terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa (Darajat, 1994:11-14).
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang sehat mentalnya adalah orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa, mampu menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan-kegoncangan, adanya keserasian fungsi jiwa, dan merasa bahwa dirinya berharga, berguna, dan berbahagia serta dapat menggunakan potensi-potensi yang ada semaksimal mungkin.
Gangguan mental dalam beberapa hal disebut perilaku abnormal (abnormal behavior), yang juga dianggap sama dengan sakit mental (mental illness), sakit jiwa (insanity, lunacy, madness). Dari pengertian ini, orang yang menunjukkan kurang sehat mentalnya maka dimasukkan sebagai orang yang mengalami gangguan mental.
Menurut S.Scott (dalam Notosoedirdjo, 2001:43) mengelompokkan enam macam kriteria untuk menentukan seseorang mengalami gangguan mental yaitu: 1) orang memperoleh pengobatan psikiatris, 2) salah penyesuaian sosial,  3) hasil diagnosis psikiatris, 4) ketidakbahagiaan subjektif,  5) adanya simptom psikologis secara objektif, dan 6) kegagalan adaptasi secara positif.  Sedangkan Kartini Kartono (2000:5), menyatakan bahwa sakit mental merupakan bentuk gangguan pada ketenangan batin dan ketentraman hati. Penyakit mental ditandai dengan fenomena ketakutan, pahit hati, hambar hati, apatis, cemburu, iri hati, dengki, kemarahan yang eksplosif, ketegangan batin yang kronis.
Berikut ini diuraikan beberapa jenis penyakit mental/gangguan mental yang setidaknya dikatagorikan menjadi 4 (empat) jenis.
a.    Gangguan organik otak
Jenis ganggUN ini adalah akibat langsung dari fisik (seluruh tubuh) perubahan dan penyakit yang mempengaruhi otak. Hal ini menyebabkan perubahan untuk beberapa derajat kebingungan dan delusi selain kecemasan dan kemarahan. Beberapa penyakit ini meliputi:  Pertama: penyakit degeneratif meliputi: 1) Huntington: penyakit-penyakit genetik yang terdiri dari gerakan abnormal, demensia, dan masalah psikologis. 2) Multiple Sclerosis: gangguan sistem kekebalan tubuh yang mempengaruhi sistem saraf pusat (otak & saraf tulang belakang). 3) Pikun. 4) Parkinson: gangguan saraf yang menyebabkan kelumpuhan.  Kedua: kardiovaskular, yakni gangguan berhubungan dengan jantung, stroke, dan gangguan yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Ketiga: trauma diinduksi, berhubungan dengan cedera otak, perdarahan dan gegar otak. Keempat: intoksikasi, yakni terkait ketergantungan obat-obatan dan alkohol.
b.    Mood dan Kecemasan
Beberapa gangguan utama dalam kategori ini adalah: depressi, fobia, gangguanpanik.  Beberapa penyebab penyakit ini disebabkan oleh situasi sebelumnya, misalnya: terutama peristiwa traumatis, seperti korban pelecehan seksual dan veteran perang biasanya memiliki kepanikan dan fobia.
c.    Gangguan kepribadian
Ada 3 kelompok gangguan kepribadian, meliputi : pertama, Odd Perilaku yang tidak biasa, seperti: 1) paranoid, yaitu perasaan bahwa setiap orang dan segala sesuatu diketahui mereka namun pada kenyataannya hal ini tidak benar. 2) Skizofrenia, yaitu apatis terhadap orang lain dan tidak ada keinginan untuk bersosialisasi.Kedua, dramatis, atau perilaku emosional tak menentu, seperti: 1) Antisocial: menghindari orang. 2) Borderline kepribadian, tidak menentu emosi dalam berhubungan dengan orang. 3) Munafik kepribadian, pencari perhatian, manipulator, cenderung melebih-lebihkan hubungan “semua orang mencintai saya”. Ketiga, cemas takut, termasuk: 1) Avoidant : gangguan kepribadian-takut mengambil risiko, mudah tertipu, hiper-sensitif, menghindari segala sesuatu yang mencakup interaksi sosial. 2) Dependent: gangguan kepribadian-karena kelalaian, miskin, telah ditinggalkan dan merasa itu akan terjadi lagi. 3) Obsesif-kompulsif: ganggUN kecemasan, menarik pikiran dan obsesi tentang hal-hal yang tidak nyata.
d.    Gangguan psikotik
Gangguan psikotik adalah kumpulan penyakit yang sangat mempengaruhi proses otak dan berpikir. Orang-orang ini mengalami kesulitan berpikir rasional dan penilaian mereka terganggu. Dalam kehidupan sehari-hari menjadi sangat sulit.  Gejala yang paling umum penyakit ini biasanya delusi dan halusinasi. Delusi percaya fakta tertentu bahkan setelah fakta-fakta tersebut telah terbukti salah. Halusinasi mirip dengan delusi dalam keyakinan yang salah, namun halusinasi dirasakan dengan indra dan tidak pikiran. ”Mendengar hal” atau “melihat sesuatu” adalah contoh dari halusinasi. Beberapa gejala lain adalah: perilaku aneh (mungkin berbahaya untuk diri sendiri atau orang lain), kurangnya kebersihan pribadi, penurunan minat dalam melakukan hal-hal, pola bicara aneh yang tidak dimengerti, perubahan suasana hati, kesulitan hubungan, lambat atau gerakan-gerakan aneh.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa kesehatan mental merupakan hal yang harus diperhatikan, oleh karena hal ini dapat memberi pengaruh terhadap keberlangsungan hidup seseorang dalam menghadapi segala persoalan.
2.    Implikasi kesehatan mental seseorang terhadap UN
Berangkat dari telaah yang telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya, menjadi penting dicari titik temu dan relevansi yang mampu mewujudkan satu misi dari dua bidang berbeda antara tujuan kesehatan mental pada satu sisi dan fungsi/tujuan pendidikan pada sisi yang lain. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Pasal 3, menegaskan:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampUN dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Konsep pendidikan yang tertuang pada pasal 1, ayat 1:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Dari paparan pengertian pendidikan, fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut terbaca jelas memiliki relevansi dan singkron dengan karakteristik kesehatan mental sebagaimana telah diurai sebelumnya. Dengan kata lain, apa yang menjadi cita-cita pendidikan nasional bermuara pada apa yang menjadi kriteria kesehatan mental dan begitu pula sebaliknya.
Dengan demikian implikasi kesehatan mental siswa terhadap penyelenggaraan pendidikan dapat ditegaskan:pertama, bahwa dalam penyelenggaran pendidikan (baca:formal) pada setiap satuan pendidikan di Indonesia seharusnya mendesain visi, misi dan tujuannya yang secara simultan mampu membentuk peserta didik yang bermental sehat sebagaimana tujuan pendidikan nasional tersebut. Kedua, seluruh warga sekolah seharusnya secara kompak melaksanakan, mengevaluasi dan melakukan tindaklanjut secara konsisten demi mencapai tujuan pendidikan nasional dan kriteria kesehatan mental tersebut. Ketiga, setiap satuan pendidikan seharusnya memberdayakan program-program pengembangan diri, bimbingan konseling, dan sejenisnya sebagai media yang sangat efektif untuk pembinaan potensi peserta didik sesuai minat-bakat dan pencegahan dini sekaligus tindakan terhadap penyimpangan, gaggUN/sakit mental yang dialami peserta didik.
lebih jauh lagi menurut penulis, bahwa kesehatan mental memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kesiapan dan hasil UN seorang siswa. mereka yang memiliki kesehatan mental yang bagus akan sanggup mengerjakan soal-soal ujian dengan mudah, namun sebaliknya bagi mereka yang mentalnya lemah maka soal ujian yang seharusnya mudah menjadi begitu susah dikerjakan oleh karena ketakutan-ketakutan yang muncul akibat tidak adanya kekuatan mental dalam menghadapi ujian dan adanya tuntutan kelulusan.
Disamping itu, Berbagai tekanan psikologis (dari orangtua dan guru yang “mengharuskan” siswa lulus) yang datang pada siswa, membuat siswa semakin stress saat hendak UN. Padahal, setiap kegiatan, setiap pembelajaran, memerlukan evaluasi (dalam hal ini pemerintah memilih evaluasi dalam bentuk UN). Diakui atau tidak, media, baik media elektronik atau media cetak, berperan dalam membuat siswa semakin stress. Bagaimana tidak, sebelum UN dilaksanakan, media begitu gencar memberitakan anak-anak yang stress saat UN di tahun lalu. Ditambah lagi dengan liputan penuh air mata pada siswa-siswa yang tidak lulus pada tahun sebelumnya.Liputan-liputan media elektronik (televisi) yang memberitakan kecurangan-kecurangan saat UN secara “live” pada saat UN masih berlangsung, dapat membuat siswa-siswa yang jujur menjadi bimbang. Dalam hatinya akan muncul pertentangan, “Buat apa aku mengerjakan soal dengan jujur, jika banyak siswa yang mengerjakannya dengan tidak jujur.” Diakui atau tidak, lebih banyak media yang menyorot siswa yang tidak lulus, dibandingkan siswa yang lulus, padahal siswa yang lulus lebih banyak daripada siswa yang tidak lulus, sebelum dan selama UN berlangsung.
Di sisi lain, pendapat para” pakar” juga berperan dalam membuat siswa semakin takut. Komentar-komentarnya yang “bombastis” tentang tidak perlunya UN dapat membentuk pola pikir negatif pada diri siswa. Siswa merasa bahwa UN tidak perlu (berdasarkan pendapat para pakar), namun mereka harus tetap menjalankannya. Pertentangan di dalam diri siswa ini tentu memberikan pengaruh terhadap diri siswa.
D.            Penutup
1.    Kesimpulan
a.    Kesiapan mental adalah hal penting dalam menyiapkan UN , dengan kesiapan mental yang kuat maka saat melaksanakan UN siswa akan menghadapinya dengan tenang, percaya diri, dan tidak dalam kondisi yang takut atau stress.
b.    Kesehatan mental siswa memiliki implikasi terhadap persiapan dan hasil UN.

c.    Semakin tinggi tingkat kesiapan mental siswa maka semakin tinggi pula angka keberhasilan dalam menhadapi UN.
2.    Saran
Siapkan mental untuk menghadapi UN tapi jangan lupa untuk tetap belajar
SEMOGA SUKSES…. AMIIN

(Trim’s untuk semua sumber dalam penulisan ini)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar